Teori Jaringan
Sebuah
Pendekatan untuk Memanfaatkan Keragaman Pendekatan Teoritis
Sriraman, Bharath dan
English, Lyn, 2010, Theories of Mathematics Education, London : Springer Heidelberg
Dordrecht
Pendahuluan
Teori adalah bahan penting pada
setiap studi penelitian pendidikan matematika. Salah satu peran dari teori
adalah untuk memberikan kerangka kerja pada studi penelitianyang datanya
dapat diinterpretasikan dan argumen dari
data tersebut bisa menjadi kesimpulan. Tanpa kerangka teori, interpretasi data
menjadi sembarangan dan akan sulit untuk membuat argumen apalagi untuk diikuti.
Para peneliti dan kelompok
penelitian mengembangkan teori yang sesuai dengan tujuan mereka, ini tidak
hanya menyebabkan keragaman teori, tetapi juga keragaman dari landasan teori,
dan keragaman cara untuk membangun/mengemangkan teori. Sebagai akibatnya, sejumlah
besar teori dengan beragam karakteristik
yang ada dan sedang digunakan, yang lebih global seperti Teori Situasi Didaktik
(TDS; Brousseau,1997) dan lebih lokal yang seperti Abstraksi dalam Konteks
(Schwarz et al 2009);. Beberapa
dikembangkan dengan tujuan eksplisit menjadi dasar teori untuk domain pembelajaran dan mengajar matematika, seperti TDS, dan beberapa lainnya merupakan suatu filosofi pedidikan matematika, seperti Pendidikan Matematika Realistik (Gravemeijer 1994). Memang, tampak bahwa banyak peneliti cenderung memilih mengembangkan kerangka kerja mereka sendiri ketimbang membaca, belajar, memahami, mengadopsi, mengadaptasi dan menerapkan yang sudah ada yang dikembangkan oleh orang lain. Hal ini telah menyebabkan sejumlah teori (Lerman 2006), dan kita mungkin bertanya mengapa situasi ini terjadi dan bagaimana kemajemukan ini dapat berhasil melalui interaksi antara komponen yang berbeda.
dikembangkan dengan tujuan eksplisit menjadi dasar teori untuk domain pembelajaran dan mengajar matematika, seperti TDS, dan beberapa lainnya merupakan suatu filosofi pedidikan matematika, seperti Pendidikan Matematika Realistik (Gravemeijer 1994). Memang, tampak bahwa banyak peneliti cenderung memilih mengembangkan kerangka kerja mereka sendiri ketimbang membaca, belajar, memahami, mengadopsi, mengadaptasi dan menerapkan yang sudah ada yang dikembangkan oleh orang lain. Hal ini telah menyebabkan sejumlah teori (Lerman 2006), dan kita mungkin bertanya mengapa situasi ini terjadi dan bagaimana kemajemukan ini dapat berhasil melalui interaksi antara komponen yang berbeda.
Jaringan Teori-teori - Sebuah
Pendekatan untuk Memanfaatkan Keragaman Pendekatan Teoritis
Angelika Bikner-Ahsbahs
dan Susanne Prediger
Secara internasional, penelitian pendidikan matematika dibentuk oleh keragaman teori-teori.
Kontribusi ini menunjukkan suatu pendekatan untuk memanfaatkan keragaman
ini sebagai sumber untuk kekayaan yang kita sebut Jaringan
Teori. Untuk
dapat mencakup semua perbedaan yang ada, pendekatan ini didasarkan pada pemahaman yang toleran dan dinamis dari teori yang mengkonsepkan
teori-teori pada kerangka dan hasil dari penelitian.
Dengan artikel ini, kami ingin berkontribusi pada "Diskusi
tentang peran penting dari teori-teori untuk masa depan Pendidikan
Matematika" (ibid, hal 451).
Teori-teori dalam pendidikan matematika berevolusi secara independen di berbagai
daerah dunia dan keadaan budaya
yang berbeda, termasuk tradisi budaya dalam kelas
khusus, nilai-nilai yang ada, juga manajemen kelembagaan yang bervariasi. Ini merupakan sumber penting untuk eksistensi keragaman
pendekatan teoritis yang ada.
Alasan kedua untuk eksistensi dari teori-teori
yang berbeda itu dan juga pendekatan teoritisnya adalah kompleksitas dari topik
penelitian itu sendiri. Karena pendidikan dan pembelajaran matematika adalah
sebuah fenomena dalam kelas yang tidak dapat digambarkan, dipahami atau
dijelaskan oleh satu teori monolitik saja, berbagai teori diperlukan agar dapat
berbuat secara adil dalam menghadapi kompleksitas masalah di lapangan/kelas.
Dalam rangka untuk mendukung klaim
keragaman sebagai sumber daya untuk perkembangan ilmiah, artikel ini mencoba
untuk memperjelas pemahaman yang mendasari teori dan menawarkan beberapa
kategori bagaimana mereka dapat dibedakan. Posisi terhadap keanekaragaman kemudian
dijabarkan dalam bagian ‘Strategi untuk Menghubungkan Teori-Menggambarkan suatu
Persepektif ', sebagai dasar untuk membahas strategi yang berbeda untuk
menghubungkan perspektif, pendekatan dan teori.
Apa itu Teori, dan untuk Apa Dibutuhkan?
Apakah kita yakin bahwa kita
berbicara tentang hal yang sama ketika kita menggunakan istilah 'teori' atau 'pendekatan
Teoritis’? Tidak ada definisi unik bersama antara teori dan pendekatan teoritis
oleh para peneliti pendidikan matematika (lihat Assude et al 2008.). Keragaman
yang besar sudah dimulai dengan heterogennya kerangka teoritis atau teori oleh
peneliti yang berbeda dan tradisi ilmiah yang berbeda pula. Beberapa merujuk pada
paradigma-paradigma penelitian yg bersifat dasar (seperti pendekatan
interpretatif dalam interaksi sosial), beberapa membahas teori umum secara
menyeluruh (seperti teori pembelajaran) dan beberapa juga membahas cara atau
model yang bersifat lokal (misal siklus pemodelan). Perbedaan bukan hanya dari cara
untuk mengkonsep, bertanya dalam matematika, proses pembelajaran dan hasil pembelajaran
yang mereka dapatkan, tetapi juga lingkup dan latar belakang mereka.
Cara pandang Statik dan Dinamis pada Teori
Mason dan Waywood membedakan antara perbedaan
karakter dari teori:
-
teori foreground
adalah teori-teori lokal dalam pendidikan matematika, misal "tentang apa
yang dilakukan dan dapat terjadi di dalam dan di luar lembaga pendidikan”.
"(Mason dan Waywood 1996, h. 1056).
-
Sebaliknya,
teori background adalah (kebanyakan) teori yg membahas filosofi dari atau
tentang pendidikan matematika, misal "memainkan peran penting dalam pencerdasan
dan mendefinisikan apa jenis objek yang
akan dipelajari, dan memang, teori konstruksi akan banyak digunakan" (Mason
dan Waywood 1996, h. 1058). Teori background dapat terdiri dari bagian-bagian
implisit yang merujuk pada ide-ide tentang pengetahuan atau metodologi misalnya
ide-ide tentang sifat dan tujuan pendidikan, sifat-sifat matematika dan
pendidikan matematika.
Teori foreground dan background menawarkan
relatifitas, fleksibel, bukan perbedaan yang mutlak, mereka dapat membantu
untuk mengklasifikasikan pandangan yang berbeda tentang teori.
Keragaman karakteristik dari 'teori'
tidak hanya dapat dibedakan menurut fokus pada teori foreground atau background,
tetapi juga menurut pandangan umum tentang 'teori'. Untuk alasan analitis, dapat
dibedakan menjadi :
-
Cara pandang Statik, yang menganggap teori sebagai konstruksi manusia
untuk menampilkan, mengatur dan mengsistemasi hasil-hasil dari bagian kecil, yang
kemudian menjadi alat yang akan digunakan. Dalam hal ini teori ada untuk
menjadikan sesuatu lebih masuk akal dalam beberapa jenis dan cara.
-
Dan, cara pandang dinamis, yang menganggap
teori sebagai alat yang digunakan berakar pada beberapa jenis latar belakang
filosofis yang harus dikembangkan dengan berbagai cara yang cocok dalam rangka
untuk menjawab pertanyaan spesifik tentang objek. Dalam hal ini gagasan dari teori
tertanam pada pekerjaan dari peneliti. Hal ini belum siap untuk digunakan, teori
harus dikembangkan dalam rangka untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Dalam
konteks ini, istilah ‘Pendekatan teoritis' kadang digunakan sebagai 'teori'.
Fungsi Teori untuk Penelitian
Ketika Maier dan Beck menunjukkan
bahwa fungsi dari menggunakan teori adalah untuk menstrukturisasi persepsi dari
lingkup penelitian dengan cara dasar, mereka jg menemukan deskripsi dari Mason dan
Waywood tentang fungsi teori untuk praktek penelitian: "memahami peran teori
dalam program penelitian adalah memahami hal apa yang bisa dipertanyakan dan
apa yang merupakan jawaban untuk pertanyaan itu". (Mason dan Waywood 1996,
hal 1056).
Silver dan Herbst (2007) juga melakukan
pendekatan gagasan tentang teori dalam pendidikan matematika dalam cara yang
dinamis. Membandingkan teori yang berbeda, sehubungan dengan peran mereka sebagai
instrumen mediasi antara masalah, praktek dan penelitian, menunjukkan bahwa teori-teori
dalam pendidikan matematika sebagian besar dikembangkan untuk tujuan tertentu.
Misalnya,
·
teori-teori yang memediasi praktek pembelajaran dan penelitian dapat dipahami sebagai "bahasa deskripsi dari
suatu praktik pembelajaran" atau sebagai "sistem pembelajaran terbaik", ...(ibid., hal 56)
·
teori-teori yang memediasi masalah dan
penelitian dapat dipahami sebagai "solusi untuk sebuah problem” atau "alat atau media
yang membantu pembelajaran", ...(ibid.,
hal 56)
·
teori-teori yang menengahi penelitian dan masalah dapat dipahami sebagai "sarana untuk mengubah masalah sehari-hari menjadi masalah
yang dapat diteliti" atau sebagai "lensa
untuk menganalisis data dan hasil
penelitian suatu masalah ",. . . (ibid., hal 50)
Beberapa teori digunakan untuk menginvestigasi
fakta dan fenomena dalam pendidikan matematika; yang lain menyediakan alat
untuk desain, bahasa untuk mengamati, memahami, menggambarkan dan bahkan menjelaskan
atau memprediksi fenomena.
Ada 5 aspek teori yang membangun
sebuah penelitian yaitu : tujuan / sasaran, obyek, metode, situasi (4 aspek ini
oleh Mason dan Waywood (1996)), dan aspek pertanyaan yang relevan, karena kita
tahu dari penelitian pendidikan tinggi dan penelitian komparatif tentang budaya
ilmiah, pertanyaan-pertanyaan yang dianggap relevan membentuk bagian penting
dari budaya ilmiah dari setiap kelompok penelitian (lih. Arnold dan Fischer
2004).
Kelima aspek penelitian teori ini membimbing
dan membantu untuk menggambarkan lebih tepat bagaimana praktek penelitian,
teori latar belakang dan basis filosofisnya.
Keanekaragaman sebagai Tantangan,
Referensi, dan Titik Awal Pengembangan lebih lanjut
Setiap wacana
tentang keragaman teori dibentuk oleh pertanyaan, mengapa teori pasar sangat
beragam.
Salah satu
penjelasan yang masuk akal untuk keberadaan berbagai teori pembelajaran
matematika adalah divergen/bias, perspektif pengetahuan tentang apa yang
merupakan pengetahuan matematika. Penjelasan lain yang mungkin adalah bahwa
pendidikan matematika, tidak seperti ilmu murni dalam ilmu pengetahuan, pendidikan
matematika sangat dipengaruhi oleh kekuatan budaya, sosial, dan politik.
(Sriraman dan English, 2005, h. 452).
Keragaman
teori-teori dan pendekatan teoritis harus dianggap sebagai tantangan, dengan
alasan yang berbeda:
·
tantangan untuk
komunikasi: "Peneliti dari kerangka teoritis yang berbeda kadang-kadang mengalami kesulitan memahami satu sama lain secara mendalam karena latar belakang yang berbeda, bahasa dan asumsi implisit "(Arzarello et al 2008a.);
·
tantangan untuk kesatuan hasil empiris: "Peneliti dengan perspektif teoretis yang berbeda menganggap fenomena empiris dari perspektif yang berbeda dan, karenanya, menjadikan hasil yang berbeda
dalam studi
empiris
mereka. Bagaimana hasil dari studi yang berbeda diintegrasikan atau setidaknya dipahami dalam perbedaan mereka "(ibid.)?;
·
tantangan untuk
kemajuan ilmiah: "Mengembangkan kelas matematika sebagian bergantung pada kemungkinan kemajuan jangka panjang bersama dalam penelitian pendidikan matematika di mana studi dan konsepsi untuk sekolah membangun penelitian empiris. Tapi bagaimana melakukannya
ketika studi masing-masing menggunakan kerangka teoritis yang berbeda yang tidak dapat dihubungkan
kepada orang lain?
Kemajemukan hanya
dapat bermanfaat, ketika pendekatan dan tradisi yang berbeda saling berinteraksi.
Untuk memenuhi tantangan ini, keragaman teori dan pendekatan teoritis harus dimanfaatkan
secara aktif dengan menghubungkan atau
menggabungkan strategi. Menghubungkan teori-teori dan pendekatan teoritis dapat
menjadi titik awal untuk pengembangan lebih lanjut dapat dilakukan dengan 3
cara:
·
mengembangkan
studi empiris yang memungkinkan menghubungkan pendekatan teoritis dalam
rangka untuk memperoleh kekuatan penjelas, deskriptif;
·
mengembangkan teori menjadi kelompok teori yang lebih besar untuk mengurangi jumlah teori sebanyak mungkin (tetapi jangan berlebihan!) dan untuk memperjelas kekuatan dan kelemahan teori;
·
membangun wacana tentang pengembangan teori, pada teori dan kualitasnya, terutama untuk penelitian dalam pendidikan matematika.
STRATEGI UNTUK MENGHUBUNGKAN
TEORI
A. Memahami Yang Lain
dan Membuat Teori Sendiri dapat Dipahami
Setiap
konferensi internasional dengan peneliti dari berbagai teori dan budaya latar
belakang memberikan pengalaman yang tidak sepele untuk memahami teori-teori
yang telah dikembangkan dalam praktek penelitian yang berbeda dengan budaya
sendiri.
Oleh karena
itu, semua
komunikasi antar-teori dan terutama semua upaya untuk menghubungkan dan
menerapkan teori-teori dan hasil penelitian harus dimulai dengan memahami orang
lain dan, sebaliknya, dengan membuat teori sendiri dapat dimengerti oleh orang
lain.
B. Membandingkan dan Membedakan
Membandingkan dan membedakan hanya berbeda secara levelnya, tetapi tidak dalam
substansi. Membadingkan mengacu pada persamaan dan perbedaan secara umum dalam
memahami komponen teoritis, membedakan
lebih difokuskan pada penggalian perbedaan yang khas. Dengan membedakan, spesifisitas teori dan kemungkinan
hubungan antar mereka dapat lebih terlihat: kesamaan yang kuat adalah poin
untuk menghubungkan dan perbedaan yang kuat dapat membuat kekuatan
individual dari teori terlihat.
Sebuah
perbandingan dapat didorong oleh tujuan yang berbeda. Pertama dan paling
penting adalah bertujuan untuk menyediakan dasar untuk komunikasi antar-teori. Kedua,
membandingkan dan membedakan dapat digunakan sebagai
strategi persaingan di komunitas dan pendekatan teoritis. Dan ketiga, membandingkan dan membedakan mungkin menawarkan rasional dasar untuk pilihan dari
teori-teori yang ada dan meningkatkan perdebatan ke level-meta di mana kita
diwajibkan untuk memberikan alasan yang baik untuk pilihan teoritis kita
"(Cobb 2007, hal 28).
Perbandingan
tidak bisa netral, karena setiap kriteria yang berlaku sudah sarat nilai.
C. Koordinasi
dan Penggabungan
Strategi membandingkan dan membedakan sebagian besar digunakan untuk pemahaman yang lebih baik dari karakteristik khas dari teori-teori dan
pendekatan teoritis dalam sudut pandang
pengembangan teori lebih
lanjut, sedangkan strategi
koordinasi dan penggabungan sebagian besar digunakan untuk memahami jaringan dari sebuah fenomena empiris atau
bagian dari data.
Perbedaan antara teori,
kerangka kerja praktis dan konsepnya, Eisenhart (1991) menyatakan bahwa banyak penyelidikan empiris praktis
yang relevan tidak dapat ditarik dengan satu pendekatan teoritis tunggal saja
tetapi bergantung pada berbagai sumber konsep dan ide yang sesuai. Sumber-sumber ini kemudian
dikombinasikan yang disebut kerangka konseptual.
Strategi
jaringan penggabungan dan koordinasi
yang khas untuk kerangka konseptual yang tidak selalu bertujuan pada teori yang
lengkap dan
koheren tetapi pada menggunakan alat-alat analisis yang berbeda demi masalah praktis
atau analisis suatu fenomena empiris (lihat Cerulli et al 2008.; Maracci 2008). Dalam proyek-proyek
lain, teori-teori yang lebih komprehensif digabungkan
atau bahkan dikoordinasikan
setidaknya secara lokal (seperti Teori Antropologi dari Didaktik-ATD-pendek dan
APC-Space di Arzarello et al. 2008b).
D. Mensintesis dan
Mengintegrasikan
Pada strategi penggabungan dan koordinasi bertujuan memperdalam wawasan suatu fenomena empiris, strategi
mensintesis dan mengintegrasikan secara khusus
difokuskan pada pengembangan teori dengan menempatkan bersama-sama sejumlah
teori atau pendekatan teoritis menjadi kerangka kerja baru.
Sekali lagi,
kami membuat perbedaan tingkatan antara dua strategi terkait, dan yang saat ini
mengacu pada tahap keseimangan dari pendekatan teoritis yang terlibat. Gagasan
sintesis digunakan ketika dua atau lebih teori yang sama-sama stabil diambil dan
dihubungkan sedemikian rupa sehingga berkembang
teori baru. Namun seringkali, ruang lingkup teori dan tingkat perkembangan
tidak simetris, dan hanya ada beberapa konsep atau aspek-aspek dari satu teori
terintegrasi ke dalam sebuah teori dominan lainnya. Pengintegrasian ini tidak
boleh keliru, itu sebabnya kami menekankan istilah "lokal/khusus"
dalam nama strategi ini yaitu "mengintegrasikan secara lokal/khusus".
Mensintesis dan
mengintegrasikan memiliki prasyarat dari strategi jaringan lain. Seperti telah
ditekankan dalam Bikner-Ahsbahs dan Prediger (2006), bagian yang berbeda dari
teori-teori yang tidak kompatibel tidak harus disintesis. Terutama ketika inti
teori bertentangan, sangat berbahaya karena adanya filosofis teori yang tidak
konsisten dan koheren.
E. Strategi dan Metode
untuk Jaringan
Perbedaan
antara strategi dan metode jaringan dapat dibandingkan dengan istilah dalam
militer
antara strategi dan taktik: Strategi adalah seperangkat pedoman umum untuk merancang dan
mendukung tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan. Strategi adalah sesuatu yang umum dan stabil, taktik lebih spesifik dan fleksibel. Pertempuran tidak pernah dapat direncanakan oleh strategi sendiri, karena melibatkan banyak tindakan dengan hasil yang terbuka.
antara strategi dan taktik: Strategi adalah seperangkat pedoman umum untuk merancang dan
mendukung tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan. Strategi adalah sesuatu yang umum dan stabil, taktik lebih spesifik dan fleksibel. Pertempuran tidak pernah dapat direncanakan oleh strategi sendiri, karena melibatkan banyak tindakan dengan hasil yang terbuka.
Tindakan yang
harus diputuskan secara real time sesuai dengan strategi yang dipilih tersebut
kemudian dirancang oleh taktik khusus. Demikian pula, strategi jaringan yang
lebih umum memerlukan metode khusus untuk dikembangkan. Bagian ini
menggambarkan metode yang berbeda untuk mengembangkan atau menerapkan strategi jaringan
tertentu.
Strategi
jaringan digunakan untuk menghubungkan teori atau pendekatan teoritis. Strategi
jaringan, metode dan teknik penelitian saling terkait dan saling mendukung.
Pendekatan metode yang berbeda mungkin menggunakan strategi jaringan yang sama,
dan, jika tidak, salah satu pendekatan metode mungkin termasuk dalam strategi
jaringan yang berbeda.
Mengembangkan Teori dengan
Jaringan
Sriraman dan Engish
(2005, egp 453) mengklaim bahwa teori-teori dalam pendidikan matematika harus
dikembangkan lebih lanjut. Tapi apa arti sebenarnya pengembangan teori yang lebih
lanjut? Hal ini bergantung pada karakter teori, karena penjelasan dan pendeskripsian
teori berkembang secara berbeda dari preskriptif teori.
Teori empiris
berkembang dalam siklus proses analisis empiris dan teori konstruksi. Sebagai
contoh, Bikner-Ahsbahs (2005, 2008) memulai pengembangan teori tentang
bunga-padat situasi dengan konseptual pertama komponen dalam konteks teori
latar belakang. Kemudian, analisis data membentuk hipotesis pertama yang
lagi-lagi dapat diuji melalui data analisis. Hipotesis Baru dihasilkan, dan
seterusnya. Dalam siklus antara membangun teori dan analisis empiris dan
pengujian, komponen non-konsisten diurutkan secara sistematis.
Teori tidak
bisa hanya berkembang dalam cara yang berbeda, tetapi juga dalam arah yang
berbeda. Setidaknya ada empat arah penting:
1.
Ketegasan: Mulai dari klaim bahwa suatu teori yang
baik harus membuat latar belakang teori dan filosofi dasarnya (khususnya pengetahuan
dan metodologi) se-eksplisit mungkin. Semakin banyak anggapan implisit dinyatakan
secara eksplisit dan lebih banyak bagian filosofis dasar membentuk teori latar
belakang secara eksplisit, semakin kita akan mempertimbangkan bahwa teori menjadi
lebih dewasa.
2.
Lingkup empiris: teori formal memiliki ruang
lingkup empiris besar. Mereka mengkarakterisasi fenomena empiris secara global
dan sering tidak bisa persis akan diwujudkan melalui contoh-contoh empiris
(Lamnek 1995, hal 123). Di sisi lain, teori yang bersifat khusus dan kontekstual
memiliki lingkup yang terbatas (lihat Krummheuer 2001, hal 199).
3.
Stabilitas: Sebuah teori baru mungkin sedikit
rapuh karena konsep dan hubungan
di antara mereka yang masih samar-samar. Namun, jika teori bersifat substansial maka dia memiliki kelebihan. Kelebihan ini terus dikerjakan oleh meningkatkan aplikasi teori. Jika teori lulus ujian menjadi dapat dipercaya, konsep menjadi lebih jelas, dan stabilitas teori meningkat.
di antara mereka yang masih samar-samar. Namun, jika teori bersifat substansial maka dia memiliki kelebihan. Kelebihan ini terus dikerjakan oleh meningkatkan aplikasi teori. Jika teori lulus ujian menjadi dapat dipercaya, konsep menjadi lebih jelas, dan stabilitas teori meningkat.
4.
Konektivitas: Ilmu ditandai dengan argumentasi dan
keterkaitan. Hal ini misalnya dapat diwujudkan dengan mencari hubungan teori. Oleh
karena itu, membangun konektivitas argumentatif merupakan arah penting untuk
pengembangan teori.