Mathematics and Education

Analisa Standar Nasional Pendidikan

Tuesday, October 2, 2012


Menganalisa Peraturan Pemerintah Tentang
Standar Nasional Pendidikan
Ditinjau Dari Sisi Teori Pembelajaran

A.      Pendahuluan

Tugas ini bertujuan agar mahasiswa dapat menganalisis Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan melalui sudut pandang pendekatan atau metode pembelajaran yang dituntut oleh Pemerintah. Selanjutnya, akan ditinjau kembali berdasarkan teori pembelajaran yang ada (behaviorisme dan konstruktivisme).

Mula-mula, akan dibahas tentang isi dari Standar Nasional Pendidikan, terutama pada bagian Standar Proses. Tuntutan apa yang diharapkan oleh Pemerintah dalam mengimplementasikan model atau metode pembelajaran seorang guru di dalam kelas.

Selanjutnya, dari pemetaan metode dan model belajar tersebut, akan dianalisis, menganut teori pembelajran yang manakah kurikulum kita? Apakah menganut behaviorisme atau knstruktivisme? Namun sebelum itu, akan dibahas pula secara umum kedua teori tersebut, hingga membantu dalam menganalisis SNP.


B.      Standar Nasional Pendidikan

Untuk menjamin mutu Pendidikan Nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, maka pemerintah meetapkan sebuah dasar dan batasan minimal yang disebut Standar Nasional Pendidikan yang tertuan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan ini berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan Pendidikan Nasional bermutu.

Salah satu lingkup Standar Pendidikan Nasional adalah Standar Proses. Pada BAB IV PP no. 19 tahun 2005 ini tentang Standar Proses, dijelaskan bahwa :

“Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” (pasal 19 ayat 1)

Terlihat cukup jelas  bagaimana tuntutan Pemerintah terhadap proses pembelajaran di dalam kelas. Terdapat beberapa kata kunci yaitu pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk aktif, kesempatan berprakasa, kreatif dan mandiri.
Selanjutnya juga pada BAB IV PP no. 19 tahun 2005 ini menekankan pada :

“pendidik memberikan keteladanan dalam proses pembelajaran” (pasal 19 ayat 2)

Dan pada pasal 19 ayat 3 berbunyi :

“Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.” (Pasal 19 ayat 3)
               
Lebih jauh diatur dalam Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses merinci tentang Perencanaan, Pelaksanaan, Penilaian, dan Pengawasan pembelajaran. Disebutkan bahwa proses Perencanaan berupa silabus dan RPP yang memuat kompetensi yang diperlukan untuk dikuasai siswa (Permendiknas no. 22 tahun 2006, Standar Isi).
Proses Pelaksanaan pembelajaran merupakanimplementasi dari RPP yang di dalamnya termasuk apersepsi, eksplorasi, elaborasi, dan  konfirmasi.
Proses Penilaian pembelajaran dilaksanakan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa.
Dan proses Pengawasan berupa pemantauan, supervisi, evaluasi, dan laporan.

C.      Metode, Model dan Pendekatan

Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan rencana yang sistematis untuk menyampaikan informasi (Garlach dan Elly, 80:14). Metode dapat juga diartikan sebagai cara yang telah terpola tetap untuk memperoleh pengetahuan. Karenanya suatu metode bersifat prosedural, teknis dan implementatif. Beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah : ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, laboratorium, penemuan, (discovery atau inquiri), investigasi, eksplorasi, pemecahan masalah, permainan, matematika di luar kelas, pemberian tugas (drill atau latihan), bermain peran, dan pembelajaran kooperatif.

Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
·         pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach), dan
·         pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosodural yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Diantara model-model pembelajaran yang sering diterapkan adalah : model pembelajaran langsung, model pembelajaran pemecahan masalah, model pembelajaran penemuan, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kontekstual atau realistik dan lain sebagainya.


D.      Behaviorisme

Teori belajar behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh  Gage dan  Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.

Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).

Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.

Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang memengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.


E.       Konstruktivisme

Terdapat berbagai pemikiran tentang bentuk konstruktivisme, namun yang menyatukan beragam bentuk tersebut adalah metaphor (hakikat) dari konstruksi itu sendiri. Metaphor dari konstruksi yaitu pembangunan struktur dari bagian yang sudah ada, yang selanjutnya dibentuk menjadi lebih khusus.

Menurut von Glasersfeld (1989: 182): “ pengetahuan tidak diterima secara pasif, namun dibangun oleh subjek yang mengetahui”. Sehingga dapat dikatakan bahwa “memahami” adalah proses aktif, secara personal dan berdasarkan pada pengetahuan yang  dikonstruksi sebelumnya. Sehingga tidak tepat jika kurikulum di tentukan oleh pemerintah. Dalam kelas konstruktivis, kurikulum umumnya proses menggali lebih dalam dan lebih dalam ide-ide besar yang dimiliki pelajar, daripada menyajikan materi yang umum.

Ernest memfokuskan pada empat konstruktivisme yang utama, yaitu konstruktivisme biasa, konstruktivisme radikal, enaktivisme dan konstruktivisme social.

Konstruktivisme biasa dapat diterapkan sebagai perluasan dari teori belajar neo-behavioristik dan kognitif. Menurut Ausubel (1969), “Faktor utama yang mempengaruhi belajar adalah apa yang siswa telah diketahui sebelumnya. Mengetahuinya dan mengajarkanya secara bersamaan”. Sehingga prinsip utama dari kebanyakan konstruktivisme adalah pengetahuan sebelumnya dan pemahaman adalah basis bagi pembelajaran selanjutnya. Konstruktivisme biasa beranggapan bahwa kebenaran representasi dari dunia empiris dan pengalaman (eksperiental) adalah mungkin.

Prinsip konstruktivisme radikal yaitu "fungsi kognisi bersifat adaptif dan melayani organisasi dunia pengalaman, bukan penemuan dari realitas secara ontologis." (Von Glasersfeld 1989: 182). Sehingga, dari seorang yang kritis tentang “sifat-sifat struktur” dari kenyataan yang yang tak tersedia, organisme pengalaman kemudian berubah menjadi struktur kognitif yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah seperti yang organism yakini dan bayangkan (Von Glasersfeld 1983: 50). Dengan kata lain organism itu sendiri dan secara keseluruhan mengadaptasi dunia dari pengalaman-pengalaman melalui adatasi dari skema-skema.

Enactivism didasarkan pada model hayati; lebih spesifik, kognisi dipandang sebagai proses biologis. Ernest menjelaskan salah satu dari ide-ide sentral (dari enactivism) adalah dari autopoesis. Autoposes memiliki sistem dinamis kompleks yang spontan yang memiliki organisasi sendiri, berdasarkan umpan balik dan pertumbuhan dalam menanggapi umpan balik ini. Individu yang berpengetahuan bukan hanya seorang pengamat dunia tetapi tubuh tertanam di dunia dan dibentuk baik kognitif dan sebagai organisme fisik yang utuh oleh interaksinya dengan dunia.  “Enaktivisme sebagai teori kognitif menyadari akan pentingnya konstruksi secara individual dalam dunia, tetapi menekankan pada perkembangan struktur individu dengan dunia dalam metode dan syarat untuk meneruskan interaksi antara individu dengan situasi (Reid et al. 2000:1-10).
 

Dengan mendasarkan pada karya Vygotsky, konstruktivisme social menghargai tentang pembelajar individu dan bidang social sebagai hal yang saling terhubung. Manusia terbentuk melalui interaksi dengan orang lain melalui proses individual mereka. Metafora yang mendasarinya adalah dialogis atau perbincangan, yang terdiri dari masyarakat sosial yang tertanam dalam interaksi linguistik dan ekstra-linguistik dan dialog bermakna (Harre 1989; Ernest 1998).

F.       Kesimpulan

Standar Nasional Pendidikan
Behaviorisme
Konstruktivisme
Pembelajaran Interaktif
Termasuk
Termasuk
Pembelajaran Inspiratif
Termasuk
Termasuk
Pembelajaran Menyenangkan
Agak sulit bisa menyenangkan siswa karena pembelajaran bersifat teacher centered.
Diharapkan dengan berbagai model pembelajaran mampu menyenangkan siswa karena student centered
Pembelajaran menantang
Tidak termasuk, karena behaviorisme hanya sekedar transfer pengetahuan
Termasuk, karena berusaha membangun pengetahuan siswa sendiri dari pengetahuan yang ada sebelumnya.
Memotivasi siswa aktif
Tidak termasuk.
Termasuk dan wajib, karena student centered, siswa harus mampu membangun pengetahuannya sendiri
Siswa berprakarsa
Tidak termasuk
Termasuk
Siswa Kreatif
Tidak termasuk, behaviorisme cenderung mengarahkan siswa berpikir linier, konvergen, tidak kreatif
Termasuk
Siswa Mandiri
Tidak termasuk
Termasuk
Guru sebagai teladan
Termasuk
Termasuk
SK-KD dari Pemerintah
Termasuk
Tidak termasuk
Guru melakukan Perencanaan
Termasuk, karena berprogram
Termasuk
Adanya apersepsi
Tidak harus
Wajib, karena konstruktivisme belajar dari pengalaman atau pengetahuan sebelumnya yang sudah dipahami. Sehingga pengetahuannya akan terus berlanjut
Adanya eksplorasi
Tidak termasuk
Termasuk, karena siswa yang akan membangunpengetahuannya sendiri
Adanya elaborasi
Tidak termasuk
Termasuk, proses konstruksi
Adanya konfirmasi
Termasuk, karena memuat penguatan
termasuk
Adanya penilaian (mengukur kompetensi siswa) baik untuk afektif maupun kognitif.
Hanya mengukur hasil akhir
Tidak perlu penilaian
Adanya pengawasan (pemantauan, supervisi, evaluasi, dan laporan)
Termasuk
Tidak termasuk
Pendidikan karakter
Tidak termasuk
Termasuk

Dari tabel di atas, terlihat ada perpaduan antara pendekatan berdasarkan teori behaviorisme dan konstruktivisme. Namun secara umum, pada proses pembelajaran di kelas, SNP menuntu agar pembelajaran bersifat student centered (konstruktivisme), karena guru hanya berperan sebagai fasilitator, mediator, yang akan memberikan situasi kepada siswa untuk lebih “memaknai” dan “memahami” pengetahuan yang ia dapat dan kemudian menindak-lanjutinya dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Tidak terlepas juga adanya pendekatan secara emosional (pendidikan karakter) termasuk pada penilaian proses yang tentunya proses ini juga tidak terdapat pada pendekatan behaviorisme.


Daftar Pustaka
1.       Sriraman, Bharath dan English, Lyn, 2010, Theories of Mathematics Education, London : Springer Heidelberg Dordrecht
2.       Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan
3.       Peraturan Pemerintah no. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses



2:41 PM