ANTARA TAKDIR DAN IKHTIAR
Ada definisi berbeda antara
takdir yang menjadi definisiku dan definisi takdir saat saya kuliah Filsafat
Ilmu pada pertemuan kedua. Sebenar-benarnya
hidup adalah antara takdir dan ikhtiar. Tapi, takdir di sini adalah tidak
bersesuaian dengan takdir yang saya definisikan.
Takdir menurut definisiku adalah
ketetapan Yang Maha Kuasa terhadap makhlukNya dalam hal kelahiran, jodoh, dan
kematian. Entah bagaimana caranya, atau dengan siapa, namun pastinya pada saat
itu sudah ditakdirkan maka jadilah. Lalu bagaimana dengan hal ihwal yang
terjadi dalam kehidupan selain dari 3 hal di atas. Itu bukanlah takdir, tapi
nasib. Dan nasib dapat berubah sesuai dengan ikhtiar dan doa dari makhluk
terhadap Tuhannya.
Apakah pada saat saya melakukan
suatu perbuatan yang tidak baik dan merugikan orang dan lingkungan di sekitar
sehingga mendapat balasan dosa dari Pencipta, apakah itu takdir? Apakah itu
merupakan kehendak Pencipta terhadap makhluknya? Tentu saja bukan. Itu adalah
hidup sebagaimana yang saya dapatkan melalui kuliah Filsafat Ilmu. Itu adalah
antara potensi dan fakta. Itu adalah potensi yang dimiliki makhluk untuk
memilih akan melakukan yang baik atau jahat. Dan ketika aku melakukan perbuatan
baik, itu bukanlah ketetapan Pencipta terhadapku, melainkan adalah pilihan
hidup yang aku jalani dalam ikhtiarku.
Dan pilihan atau ikhtiar yang
dilakukan manusia itu akan mempengaruhi hidup tiap manusia. Dan jika manusia
dapat menyadari bahwa hidup ini adalah sebenar-benarnya berikhtiar dan berdoa
pada Pencipta, maka niscaya manusia akan benar-benar merasa bahwa dirinya
sangat memerlukan pertolongan dan perlindungan dari Penciptanya. Sehingga rasa
memiliki dan kehilangan manusia terhadap Penciptanya akan kekal dan absolut dan
tidak bisa dikalahkan dengan kecintaan pada hal lain karena kita sangat
membutuhkanNya.
Namun yang menjadi pertanyaan
dalam hati saya adalah, kenapa harus ada 2 pilihan di dalam hidup? Menjadi baik
atau jahat, menjadi berdosa atau berpahala, memilih yang A atau tidak memilih
A, dan hal lainnya. Untuk apa ada surga dan neraka? Kenapa manusia diberikan
kesempatan untuk menjadi baik dan juga saat yang bersamaan juga diberi
kesempatan untuk menjadi jahat?
Jika hanya diciptakan untuk
beribadah kepada Pencipta, bukankah kita bisa juga beribadah tanpa harus ada
pilihan untuk berbuat dosa?
Tentunya dengan tanpa adanya
pilihan untuk menjadi baik atau jahat, dunia ini akan damai dan baik. Tanpa
perlu adanya pembantaian sesama manusia, tanpa ada yang merasa dizalimi.
Yandri Soeyono
NIM : 12709251058
Pendidikan Matematika
Kelas C