Home » Archives for September 2012
ANTARA TAKDIR DAN IKHTIAR
Ada definisi berbeda antara
takdir yang menjadi definisiku dan definisi takdir saat saya kuliah Filsafat
Ilmu pada pertemuan kedua. Sebenar-benarnya
hidup adalah antara takdir dan ikhtiar. Tapi, takdir di sini adalah tidak
bersesuaian dengan takdir yang saya definisikan.
Takdir menurut definisiku adalah
ketetapan Yang Maha Kuasa terhadap makhlukNya dalam hal kelahiran, jodoh, dan
kematian. Entah bagaimana caranya, atau dengan siapa, namun pastinya pada saat
itu sudah ditakdirkan maka jadilah. Lalu bagaimana dengan hal ihwal yang
terjadi dalam kehidupan selain dari 3 hal di atas. Itu bukanlah takdir, tapi
nasib. Dan nasib dapat berubah sesuai dengan ikhtiar dan doa dari makhluk
terhadap Tuhannya.
Apakah pada saat saya melakukan
suatu perbuatan yang tidak baik dan merugikan orang dan lingkungan di sekitar
sehingga mendapat balasan dosa dari Pencipta, apakah itu takdir? Apakah itu
merupakan kehendak Pencipta terhadap makhluknya? Tentu saja bukan. Itu adalah
hidup sebagaimana yang saya dapatkan melalui kuliah Filsafat Ilmu. Itu adalah
antara potensi dan fakta. Itu adalah potensi yang dimiliki makhluk untuk
memilih akan melakukan yang baik atau jahat. Dan ketika aku melakukan perbuatan
baik, itu bukanlah ketetapan Pencipta terhadapku, melainkan adalah pilihan
hidup yang aku jalani dalam ikhtiarku.
Dan pilihan atau ikhtiar yang
dilakukan manusia itu akan mempengaruhi hidup tiap manusia. Dan jika manusia
dapat menyadari bahwa hidup ini adalah sebenar-benarnya berikhtiar dan berdoa
pada Pencipta, maka niscaya manusia akan benar-benar merasa bahwa dirinya
sangat memerlukan pertolongan dan perlindungan dari Penciptanya. Sehingga rasa
memiliki dan kehilangan manusia terhadap Penciptanya akan kekal dan absolut dan
tidak bisa dikalahkan dengan kecintaan pada hal lain karena kita sangat
membutuhkanNya.
Namun yang menjadi pertanyaan
dalam hati saya adalah, kenapa harus ada 2 pilihan di dalam hidup? Menjadi baik
atau jahat, menjadi berdosa atau berpahala, memilih yang A atau tidak memilih
A, dan hal lainnya. Untuk apa ada surga dan neraka? Kenapa manusia diberikan
kesempatan untuk menjadi baik dan juga saat yang bersamaan juga diberi
kesempatan untuk menjadi jahat?
Jika hanya diciptakan untuk
beribadah kepada Pencipta, bukankah kita bisa juga beribadah tanpa harus ada
pilihan untuk berbuat dosa?
Tentunya dengan tanpa adanya
pilihan untuk menjadi baik atau jahat, dunia ini akan damai dan baik. Tanpa
perlu adanya pembantaian sesama manusia, tanpa ada yang merasa dizalimi.
Yandri Soeyono
NIM : 12709251058
Pendidikan Matematika
Kelas C
Yandri Soeyono
4:24 PM
IndonesiaAntara Takdir dan Ikhtiar
Yandri Soeyono | Berita Pendidikan terkini, termasuk info tentang sertifikasi, kurikulum, dan pembelajaran. Konsultasi Materi dan Pembelajaran Matematika.
at
4:24 PM
Filosofi dari perkenalan adalah mengenal pikiran dari orang
tersebut, tidak hanya mengenal fisiknya. Namun ternyata, secara alamiah,
perkenalan cenderung lebih mengarah pada penilaian, bukan hanya sekedar
mengidentifikasi. Dan ini merupakan langkah yang sangat jauh jika ingin menuju
pada perkenalan pikiran.
Mengapa demikian? Awal dari perkenalan adalah proses
mengidentifikasi. Misalkan, ketika sedang duduk di tempat parkir dan lewatlah
seorang wanita, itulah perkenalan itu. Tidak perlu mencari tahu siapa namanya,
tinggal di mana atau berapa umurnya, kita sudah kenal dia sebagai wanita cantik
yang sering lewat di tempat parkir. Dan pada saat itulah, segala bentuk
penilaian terhadapnya akan muncul. Mungkin dari cara berpakaiannya, gaya
berjalannya, warna bajunya, bahan celananya, walaupun cara kita menilai dan
instrumen yang digunakan belum diketahui kevalidannya. Inilah
kesewenang-wenangan sesaat manusia.
Di saat yang berbeda, sebelum bertemu wanita tersebut,
dirinya mengalami beberapa pilihan hidup. Saat pengisin KRS, terdapat beberapa
pilihan mata kuliah yang akan diambilnya. Hanya dengan membaca daftar mata
kuliah yang tersedia, dirinya telah mengenal mata kuliah-mata kuliah tersebut. Walaupun
belum pernah mengikuti kuliah tersebut. Dan secara otomatis pula, dirinya dapat
menilai seperti apa mata kuliah-mata kuliah tersebut berdasarkan pengalaman dan
informasi yang pernah diperoleh. Penilaian dari kesewenang-wenangan sesaat
inilah yang digunakan untuk mengisi lembar KRS tersebut.
Dalam hidup, kita tidak mengharapkan sesuatu yang tidak
jelas. Selalu berharap ada kejelasan terutama pada saat memilih. Kehidupan adalah
perjalanan dalam memilih. Dalam memilih tentunya pula dimulai dengan penilaian.
Dan sebagian besar penilaian berasal dari penilaian sewenang-wenang sesaat seperti
contoh-contoh di atas. Dan ternyata, kebenaran dari penilaian itu sangat
subjektif. Seakan-akan, saat kita berkenalan bahkan saat saling bertukar
pikiran pun, penilaian dan perkenalan itu juga sangat subjektif. Kita mencoba
menilai secara objektif apa yang kita nilai padahal itu juga tetap penilaian
objektif menurut kita sendiri. Subjektif!
Penilaian, selain menggunakan pikiran juga menggunaka alat
filsafat lainnya yaitu hati. Suasana hati pada saat kita mengenalnya akan
memberikan penilaian yang berbeda pula pada saat berbeda dikemudian hari walau
dengan objek yang sama. Apakah sedang bahagia, sedih, marah, atau merupakan
seleranya, harapannya, ataupun idolanya, memberikan kontribusi pada penilaian
saat perkenalan itu.
Apakah penilaian selama ini benar adanya? Apakah tidak
diperlukan pembenaran atas penilaian yang salah? Tak dapat dibayangkan betapa
banyaknya penilaian subjektif kita yang tanpa disengaja telah tercipta.
Berdosakah kita?
Yandri Soeyono
NIM : 12709251058
Pendidikan Matematika
Kelas C
Yandri Soeyono
3:51 PM
IndonesiaPerkenalan jilid II
Yandri Soeyono | Berita Pendidikan terkini, termasuk info tentang sertifikasi, kurikulum, dan pembelajaran. Konsultasi Materi dan Pembelajaran Matematika.
at
3:51 PM
Ketika banyak yang mengatakan bahwa belajar filsafat untuk mendapatkan pola pikir, maka hati dan pikiran saya menolak. Karena selama hidup saya, ketika mengerti akan hidup dan pilihan di dalamnya, yang menjadi pola pikir dan olah pikir saya adalah Matematika.
Matematika yang membantu saya memikirkan hidup ini, dan bukan filsafat. Dari tempat saya berdiri, kemudian hendak menuju ke suatu tempat yang berbeda, dalam otak dan naluri saya adalah, 'di manakah arah terdekat?', 'berapa lama waktu tersingkat yang dibutuhkan?', 'mana yang tercepat, jalur A atau B?', dan seterusnya.
Secara gamblang ingin saya katakan, bahwa filsafat adalah bagian dari ilmu matematika. ketika seorang manusia paham betul dengan imu matematika, seharusnya dapat menjawab soal-soal yang berkaitan dengan filsafat. Namun tidak sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa matematika merupakan ilmu yang lebih kompleks dari filsafat, dan filsafat sebagian kecil dari matematika.
Mengapa demikian?
Akan ada pada postingan selanjutnya, yang juga merupakan refleksi dari pertemuan pertama dengan Bpk. Marsigit, dosen pengampu Filsafat Ilmu pada PPs UNY.
Yandri Soeyono
10:26 AM
IndonesiaFilsafat adalah Hidup..??
Yandri Soeyono | Berita Pendidikan terkini, termasuk info tentang sertifikasi, kurikulum, dan pembelajaran. Konsultasi Materi dan Pembelajaran Matematika.
at
10:26 AM
ini adalah sebuah percobaan dari rencana perkenalan yang akan diniatkan suatu hari nanti..
Yandri Soeyono
8:56 AM
Indonesia
Perkenalan..
Yandri Soeyono | Berita Pendidikan terkini, termasuk info tentang sertifikasi, kurikulum, dan pembelajaran. Konsultasi Materi dan Pembelajaran Matematika.
at
8:56 AM