Mathematics and Education

Menggapai Intuisi

Wednesday, November 21, 2012


MENGAJAR, MENGEJAR INTUISI



Sebagai refleksi dari kuliah Filsafat Ilmu pada tanggal 8 November 2012, yang diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, saya ingin mengutarakan bahasan tentang intuisi. Karena selain mendapatkan pengertian dan ilmu tentang intuisi, beliau pun menganjurkan untuk menggunakan intuisi dalam pembelajaran matematika.

Tidak perlu menjelaskan bilangan 2 (dua) menggunakan definisi konsep yang kadang atau bahkan sering semakin menyulitkan siswa. Tetapi menggunakan pengalaman siswa yang telah terkonstruk di pikirannya entah secara sadar ataupun tidak. Hal ini bersesuaian dengan pandangan konstruktivisme dalam teori pendidikan.

Ada pengalaman saya tentang siswa SD yang tidak mampu melakukan operasi penjumlahan dan penguruangan untuk bilangan yang kurang dari 100. Akan tetapi, mampu melakukan perhitungan dengan cepat untuk bilangan yang jauh lebih besar. Dia dengan cepat mampu menjawab kembalian sebesar Rp. 1.225,00 jika total harga barang adalah Rp. 3.775,00 dengan uang konsumen sebesar Rp. 5.000,00. Berbeda halnya ketika guru bertanya “berapa hasil dari 50-37?”.

Siswa, dengan pengalamannya sendiri, memiliki ilmu dan cara pandang sendiri terkait sesuatu ilmu. Dan matematika cukup erat kaitannya dengan hal-hal yang konkrit maupun nyata yang ada dalam kehidupan sehari. Seharusnya, guru mampu mengkoneksikan antara kedua hal tersebut, yaitu antara pengalaman yang mungkin dimiliki siswa dan konsep matematika itu sendiri.

“jika engkau ingin menjadi guru matematika yang baik, sadarlah, kembangkan intuisimu”, demikian ajuran dari Prof. Dr. Marsigit pada kuliah Filsafat Ilmu pada Program Pascasarjana UNY. Merujuk pada contoh di atas, tentu ini bukan anjuran kosong. Siswa tersebut tentunya akan mampu untuk paham dan lebih cepat menjawab sebuah masalah konsep matematika ketika guru mampu menjelaskan konsep matematika kepada hal-hal yang dekat dengan siswa. Sangatlah tidak logis ketika siswa mampu melakukan perhitungan dengan bilangan besar akan tetapi tidak mampu melakukan perhitungan dengan bilangan yang lebih kecil. Padahal, sistem perhitungan dan metode penyelesaiannya sama. Inilah tantangan guru untuk dapat mengkoneksikan kedua hal tersebut. Ketika hal sulit tersebut terlewati, maka kemudahan akan diperoleh sang guru dalam upaya mencerdaskan bangsa, dalam hal ini adalah siswa-siswa yang dia ajar.



6:57 PM