Mathematics and Education

Membangun Trust Dalam Peraturan Kita

Tuesday, July 4, 2017

Asep Mulyana, Peneliti, tinggal di Kota Banjar.
Oleh Asep Mulyana Peneliti, tinggal di Kota Banjar, Jawa Barat Pada Desember 2010 lalu, saya menghadiri rapat orangtua siswa dengan pihak sekolah di sebuah SD di Kota Banjar. Pada pertemuan itu dibahas peraturan disiplin baru bagi siswa. Peraturan itu berisi puluhan larangan bagi siswa, mulai dari larangan makan sambil berjalan sampai larangan berbuat sesuatu yang dianggap melecehkan seksual. Di samping itu, aturan baru itu dibuat amat rinci dengan memuat skor pelanggaran yang bervariasi untuk menentukan sanksi yang dijatuhkan. Dalam pandangan saya, filosofi peraturan itu berangkat dari ketidakpercayaan (distrust) kepada siswa dan mengasumsikan bahwa siswa punya potensi destruktif dan, oleh karena itu, harus diatur sejumlah larangan dan sanksi yang diharapkan mampu membatasi siswa melakukan perbuatan yang dianggap negatif. Dasar filosofi aturan sekolah ini mirip dengan hampir semua aturan di negeri ini, di semua level, baik perusahaan, birokrasi, maupun peraturan pemerintah di mana ketidakpercayaan dan kecurigaan kepada pekerja, pegawai, atau masyarakat menjadi roh yang dominan. Bagi saya, peraturan untuk membangun kondisi yang baik dan positif di sekolah harus mulai dari cara kita membangun trust (kepercayaan) dengan pikiran positif tentang subjek yang akan kita atur. Saya percaya bahwa pikiran positif akan menarik orang, momentum, dan peristiwa yang positif pula. Oleh karena itu, landasan filosofis aturan disiplin baru di sekolah itu harus dirombak ulang sedemikian rupa sehingga aturan itu disemangati oleh kepercayaan (trust) kepada anak. Aturan itu seharusnya disusun dengan kerangka berpikir yang positif (husnudzon) dimana anak dipandang sebagai entitas yang memiliki potensi untuk berbuat baik dan bertindak positif. Sebagai ilustrasi, saya meminjam perspektif hypnoterapi untuk menjelaskan hal ini. Menurut perspektif ini, output pikiran sadar yang mendorong perilaku kita sehari-hari dituntun oleh apa yang mengendap dalam pikiran bawah sadar. Adapun pikiran bawah sadar ditentukan oleh input yang kita cerna sehari-hari dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian, kalau kita meng-input hal-hal positif dalam pikiran bawah sadar, maka output (sikap, kata, dan perbuatan) sadar kita akan terdorong ke arah yang positif. Demikian pula sebaliknya. Jika aturan yang baru itu berniat menegakkan kebaikan di sekolah, maka aturan yang dibuat bukanlah menyusun sejumlah perbuatan negatif yang tidak boleh dilakukan, tetapi merumuskan sejumlah sikap, kata, dan perbuatan positif, lalu mendorong siswa untuk membaca, menghayati, dan mempraktikkan aturan positif itu dalam aktivitas sehari-hari di sekolah. Pemberian reward menjadi instrumen penting untuk membangun ketaatan dalam pengamalan peraturan sekolah tersebut. Model aturan semacam ini mampu merangsang siswa untuk selalu bersikap, berkata, dan berbuat dalam konteks kebaikan yang diatur sekolah. Pada bagian lain, masih menurut perspektif hypnoterapi, pikiran bawah sadar kita, termasuk anak-anak kita, tidak dapat menangkap kalimat negatif yang ditandai kata "tidak" atau "dilarang". Kita ambil contoh aturan "Tidak Boleh Membuang Sampah Sembarangan", maka pikiran bawah sadar kita tidak akan menangkapkan kata "Tidak" sebagai penanda kalimat negatif. Pikiran bawah sadar kita hanya akan menangkap kalimat positif, sehingga larangan itu akan ditangkap pikiran bawah sadar kita sebagai "Boleh Membuang Sampah Sembarangan". Perspektif hypnoterapi itu mengonfirmasi kenyataan  masyarakat kita yang doyan membuang sampah sembarangan meskipun tak kurang tulisan larangan membuang sampah terpampang di banyak penjuru. Aturan yang baik, menurut kacamata hypnoterapi, harus dibentuk dalam kalimat positif, sehingga langsung dapat diterima alam bawah sadar kita, misalnya "Terima kasih Anda sudah membuang sampah pada tempatnya". Menurut saya, sekolah tak perlu membuat aturan pelarangan secara tertulis. Perbuatan negatif yang mungkin dilakukan anak sebaiknya diatur secara tidak tertulis (konvensi) untuk menghindari tumpang-tindih atau berlebih-lebihan (redundant). Konvensi tetap dapat menjangkau pemberlakuan aturan sejauh pihak sekolah tanggap untuk menegakkan konvensi tersebut dengan sejumlah sanksi moral yang mengedukasi anak. Model pengaturan disiplin dan larangan dalam bentuk konvensi semacam ini sudah dipraktikkan di Pesantren Modern Gontor selama puluhan tahun. Syukurlah pihak sekolah menyambut baik masukan saya dengan mendekonstruksi aturan itu. Pihak sekolah lalu menghapus peraturan disiplin tersebut dan menggantinya dengan aturan baru yang dilandasi trust kepada siswa. * Ditulis di Kota Banjar pada 7 Juli 2011, dimuat di Koran Harapan Rakyat (harapanrakyat.com), terbit di Banjar, Ciamis, dan Pangandaran

Tentang Asep Mulyana:
Asep Mulyana merampungkan pendidikan S1 pada Departemen Politik dan Pemerintahan, Universitas Gadjah Mada (UGM). Semasa mahasiswa, ia bergiat di Majalah Mahasiswa Balairung UGM. Setelah lulus kuliah, ia bekerja di beberapa media dan lembaga riset media. Sejak 2006 - sekarang, Asep bekerja sebagai peneliti di Komnas HAM. Pada 2008 ia mengikuti International Human Rights Training Programme (IHRTP) di Kanada. Pada tahun yang sama, Asep mendapatkan beasiswa dari NORAD’s Programme for Master Studies (NOMA) Scholarship untuk melanjutkan studi pada Program S2 HAM dan Demokrasi di UGM dan University of Oslo, Norwegia. Pada Juni 2015 Asep juga mengikuti Leadership Programme di John Hopkins University, Amerika Serikat. Asep Mulyana dapat dihubungi via e-mail: asepmulyana02@gmail.com

Hubungan Asep Mulyana dengan Saya:
Kang Asep, begitu sapaan saya terhadap beliau, adalah salah satu penghuni Asrama Dharmaputera, Universitas Gadjah Mada, saat mengarungi masa kuliah S1 dulu. Kebetulan, saya pun salah satu warga dari asrama tersebut. Saya pribadi banyak belajar dari beliau. Setelah sekian tahun tak pernah bertemu, kemajuan teknologi mempertemukan kami dalam grup salah satu media sosial. Dan masih, saya masih belajar dari beliau, terutama belajar cara menulis yang baik dengan membaca tulisan-tulisan beliau. Berharap, bisa segera ngopi bareng di salah satu tempat asik di bumi ini.



8:16 AM